Kamis, 11 Juli 2013

Mesir dan Sejarah Kudeta


Piramida, pasti itu hal yang paling pertama kita ingat ketika mendengar nama negara Mesir. Ya, Mesir memang terkenal dengan Spinx dan piramida giza-nya, dan tak lupa rajanya yang kejam, Firaun. Firaun adalah sebutan bagi raja yang memimpin pada zaman Mesir kuno, yang dikenal dengan kekejamannya dan menganggap dirinya tuhan. Menurut Wikipedia, periode awal berkuasanya Firaun dimulai sekitar 3150 SM (sebelum masehi). Itu dulu, jauh, jauh sebelum negara kita merdeka, bahkan jauh sebelum nabi Isa AS diutus oleh Allah SWT.

Tapi bukan itu yang akan kita bahas kali ini, bukan soal Firaun atau zaman Mesir kuno. Kita akan bahas tentang Mesir modern, tentang Mesir yang baru belajar Demokrasi. Nah.. Demokrasi? Hmh, langsung saja.

Pada 3 Juli 2013 militer Mesir menurunkan secara paksa atau biasa disebut kudeta terhadap presiden Mesir yang sah saat itu, Mohammad Morsi dari kekuasaannya. Alasannya simpel, mereka sedang 'mengoreksi' kepemimpinan presiden Morsi.

Kudeta di Mesir mengakibatkan kekacauan di negeri Firaun tersebut. (foto: reuters)

Mohammad Morsi adalah presiden pertama Mesir yang dipilih secara demokratis, paham yang selama ini dikampanyekan oleh pihak barat sebagai 'sistem terbaik' untuk memilih pemimpin. Sebagai tambahan, Mohammad Morsi juga merupakan presiden Mesir pertama yang bukan berasal dari kalangan militer. Nah, mulai dapet feel-nya? Hehe

Masih cinta kudeta, Mesir?
Kepemimpinan di Mesir memang sering diwarnai dengan kudeta dan kekerasan, tercatat presiden ke-3 Mesir Anwar Sadat tewas terbunuh dalams ebuah parade militer oleh kelompok radikal pada 6 Oktober 1961. Anwar Sadat kemudian digantikan oleh Hosni Mubarak yang saat itu menduduki jabatan Wakil Presiden, namun sialnya pemimpin Mesir lagi-lagi dipaksa turun dari jabatannya, kali ini oleh rakyatnya sendiri (walaupun tidak terjadi kudeta). Hosni Mubarak mengundurkan diri dari jabatan presiden Mesir pada 11 Februari 2011.

Mesir memang tak pernah jauh dari kata 'Kudeta'. Jauh kembali pada 23 Juli 1952, kala itu Mesir masih berbentuk kerajaan atau pemerintahan monarki. Raja Mesir saat itu, Farouk I digulingkan dari kekuasaannya (kudeta) oleh militer yang dipimpin oleh Kolonel Gamal Abdul Nasir, karena dianggap tidak layak menjadi Raja. Hidup berlimpah harta, Raja Farouk I mungkin tergolong raja yang serakah dan tidak pernah puas akan hartanya. Ia sering plesiran ke Eropa pada masa sulit saat PD II. Masih menurut Wikipedia, beliau disebut sering mencuri saat kunjungan kenegaraan, pedang istiadat Shah Iran dan jam kantong berharga milik Winston Churchill termasuk diantaranya. Sampai-sampai ia dijuluki 'Pencuri dari Mesir'.

Mungkin hal itulah yang membuat Raja Farouk I dibenci oleh rakyatnya. Adalah Muhammad Najib, militer yang berpangkat Mayor Jendral yang kemudian menggantikan tugas Raja Farouk I sebagai pemimpin negara dan menjadi presiden Mesir pertama sekaligus mendeklerasikan pembentukan negara Republik Mesir 18 Juni 1953.

Pengumuman langkah militer oleh Jendral Abdel Fatah al-Sisi. (foto: bbc.co.uk/indonesia)

Cerita masih berlanjut, dan Mesir masih tak bisa jauh dari kata 'Kudeta'. Kali ini presiden pertama Mesir, Muhammad Najib ditangkap dan ditahan oleh rekan sesama militernya yang menggulingkan Raja Farouk I, Gamal Abdul Nasir. Pada 25 Februari 1954 Gamal Abdul Nasir menjadi Kepala Negara Mesir, dua tahun kemudian ia menjadi calon tunggal dan otomatis menjadi presiden Mesir saat itu.

Mungkin hanya Anwar Sadat yang mengambil alih kepemimpinan Republik Mesir tanpa harus mengkudeta pendahulunya. Yaitu pada 28 September 1970, hari dimana presiden Gamal Abdul Nasir meninggal dunia karena penyakit jantungnya, dua minggu setelah memimpin peperangan Mesir dan Israel pada 1967-1970. Perang tersebut dikenal sebagai War of Attrition.

Peran Militer
Sejarah Mesir tak akan pernah lepas dari pihak militer yang sejak dari awal pembentukan negara tersebut memang berperan besar, baik peran positif maupun negatif, kita setuju untuk tidak menyangkal hal itu. Namun yang masih menganggu dipikiran saya adalah tindakan militer dibawah pimpinan Jenderal Abdel Fattah al-Sisi dan reaksi negara-negara barat dan sekutu mereka di arab.

Bukankah Mohammad Morsi dipilih secara demokratis, hal yang selama ini selalu digaungkan oleh pihak barat dan sekutunya? Lalu, mengapa mereka mendukung tindakan kudeta terhadap Mohammad Morsi yang didiangkat sebagai kepala negara dalam hal ini Presiden secara sah berdasarkan undang-undang dan dipilih mayoritas warga Mesir?

Maka wajar saja, menurut saya, terjadi banyak demonstrasi di negara tersebut. Toh presiden Morsi dipilih oleh sebagian besar rakyatnya, lalu mengapa militer melakukan kudeta? Entahlah.

Mungkin karena saya bukan orang Mesir, makanya saya tidak paham apa yang sedang terjadi disana. Tapi yang pasti, tindakan militer yang menembaki pada demonstran yang sedang berdemo adalah menyalahi aturan dan melanggar HAM, bahkan militer menembaki demonstran yang sedang melakukan sholat subuh berjamaah. Militer juga diketahui membunuh seorang fotografer surat kabar Al-Horia Wa Al-Adala, Ahmed Samir Assem (26) diluar markas pasukan elite Garda Republik, Senin (8/7). Daily Telegraph dalam situsnya menayangkan video hasil rekaman Assem pada saat dirinya ditembak oleh sniper dari pasukan militer Mesir. Dalam rekaman terakhir Assem tersebut, bahkan terlihat saat-saat sang sniper membidikkan moncong senjata ke arah Assen dan BANG! Setelah itu, video terputus.

Militer atau Firaun? (gambar: @blog_deteksi)

Sungguh diluar akal sehat, militer menembaki rakyat? Membunuh seorang fotografer? Bahkan menembaki jamaah yang sedang sholat? Ternyata darah Firaun masih mengalir didalam tubuh sebagian orang Mesir, atau lebih tepatnya didalam tubuh orang-orang yang merasa berkuasa.

"Jutaan pengunjuk rasa yang turun ke jalan, tidak lah sama dengan sebuah pemilu. Protes adalah bentuk manifestasi kekuatan dan menunjukkan jiwa demokrasi yang bebas." - Tony Blair

Anehnya, pihak barat yang paling vokal menyarakan demokrasi dan HAM memilih mendukung militer yang jelas-jelas melanggar batasan demokrasi dan HAM. Crazy, uh? 

Doa untuk Mesir
Sebagai seorang penulis hanya tulisan ini yang dapat saya berikan bagi rakyat Mesir. Dan sebagai orang yang hidup merdeka dan hidup aman seperti di Indonesia, sudah seharusnya kita mendoakan saudara-saudara kita yang menghadapi pergolakan dinegerinya, tidak hanya Mesir, tapi juga Palestina, Suriah, dan Rohingya.

Semoga masalah yang membuat negeri mereka berantakan dapat terselesaikan secepatnya dan tidak terjadi di negeri kita tercinta Indonesia.

Berhubung sudah masuk waktu sahur, berarti sampai disini dulu perjumpaan kita setelah sekian lama saya tak update artikel karena berbagai kesibukan di dunia yang fana ini. Hehe
Semoga secepatnya saya update lagi artikel di blog ini. Teruslah menulis, terima kasih. 

Wassalamualaikum.


Sekarang blog deteksi punya akun twitter!
Jangan lupa follow akun twitter blog deteksi di: @blog_deteksi

Senin, 08 Oktober 2012

Si Seksi itu Bernama KPK

KPK, sebuah singkatan berjuta cerita. Mengapa saya katakan demikian? Yang pasti bukan karena ini judul sinetron atau judul sebuah novel. Menurut saya, KPK itu ibarat seorang bunga desa, selalu menarik hati setiap pria yang memandangnya. Tentu saja ada yang mendekati karena benar-benar serius untuk menjalin hubungan dan ada pula yang mendekati dengan berniat untuk mencelakai.
Kira-kira seperti itulah gambaran KPK saat ini. Sebuah lembaga independen yang telah diatur dan disahkan berdasar undang-undang itu kini bisa dikatakan berjuang sendirian bersama rakyat.

Sumber gambar: Kompasiana

 
KPK vs Komisi III DPR
Tentu saja pasti masih terekam dengan jelas dibenak anda dengan gerakan 'Sejuta Koin untuk KPK,' atau 'Jeruji untuk KPK' yang sempat disiarkan di seluruh televisi nasional beberapa waktu lalu. Kecuali, beberapa diantara anda ada yang baru saja kembali dari petapaan di gua atau dibawah air terjun.

Gerakan-gerakan semacam diatas tadi terjadi karena ketidakpuasan rakyat atas wacana DPR untuk menunda rencana pembangunan gedung baru KPK, yang sebelumnya harus melalui prosedur dengan cara disetujui oleh Komisi III DPR RI terlebih dahulu.

Padahal, gedung KPK sejak 2004 belum pernah dibenahi. Tentu saja hal ini berbanding terbalik dengan 'kemewahan' yang dirasakan oleh DPR dengan ruangan Banggar yang menghabiskan dana Milyaran atau wacana pembangunan gedung baru di Senayan yang memiliki fasilitas spa dan toilet mewah, yang syukurnya tidak jadi dibangun (semoga saja).

Rakyat bergerak, karena rasa ketidakpuasan atas apa yang dilakukan oleh Komisi III DPR RI tidak mencerminkan suara rakyat. Wajar, saya rasa. Rakyat memilih anggota parlemen dan seharusnya parlemen menyuarakan suara rakyat. Tapi sebenarnya apa yang terlihat dimedia justru berbanding terbalik, para anggota DPR ini kebanyakan lebih dipandang berlimpah kemewahan daripada berjuang untuk rakyat. Sudahlah, saya rasa tak perlu dibahas lebih jauh lagi soal kemewahan DPR ini. Kembali fokus ke topik.

Kala itu saya sempat berfikir, "Ngapain aja sih para anggota DPR, apa nggak denger rakyat? Sebenarnya DPR itu bekerja untuk siapa?", begitu kira-kira pertanyaan yang sedikit menggelitik rasa ingin tahu saya.

KPK vs Polri
Lepas beberapa bulan setelah gesekan antara KPK dan Komisi III DPR RI, kini kita kembali disuguhkan atraksi menarik yang tentu tak kalah panasnya, bahkan mungkin lebih panas dari episode kemarin. Yap, KPK vs Polri. Dua lembaga penegak keadilan ini bersitegang setelah mencuatnya nama beberapa orang yang tersanduyng kasus Korupsi Simulator SIM yang menyeret sejumlah nama dari pihak kepolisian, dan sudah barang tentu kepolisian tak hanya tinggal diam.

Kembali kita flashback pada beberapa waktu lalu, saat KPK memanggil Djoko Susilo, tersangka dugaan kasus Korupsi Simulator SIM di Korps Lalu Lintas Mabes Polri. Setali tiga uang, pihak Polri pun ikut-ikutan memanggil kompol Novel Baswedan, penyidik KPK yang dulunya seorang anggota kepolisian di Polres Kota Bengkulu. Kompol Novel Baswedan adalah penyidik KPK yang telah banyak mengungkap kasus korupsi, mulai dari Nazarudin, kasus Hambalang, PON Riau, penangkapan Bupati Buol dan baru-baru ini kasus Simulator SIM.

Kejanggalan mulai tercium kala pihak Polri menyeret Novel dengan tudingan terlibat pembunuhan tersangka pencurian ketika masih menjabat Kepala Satuan Reserse Kepolisian Resor Bengkulu, delapan tahun silam. Kenapa saya katakan janggal? Ya, karena tudingan tersebut sudah delapan tahun lamanya 'menganggur', kenapa baru diungkap sekarang?? Dan ohya, info tambahan buat anda, bahwa pak Novel sudah mendapat beberapa kali kenaikan jabatan setelah 2004. Bagaimana bisa seorang yang sedang dalam kasus dapat kenaikan pangkat? Apa kepolisian kecolongan atau pihak kepolisian memang sengaja membutakan mata dan menulikan telinga? Allahu 'alam.

Yang pasti begini, kasus ini benar-benar bentuk pelemahan KPK. Tak perduli dengan cara apa, jika tudingan tersebut masih menyimpan kejanggalan maka siapapun itu, harus dilawan. Dilawan dengan cara halus tentunya.

Saya bukannya mengecam kepolisian karena baru bisa mengungkap kasus lama, tapi kenapa Novel Baswedan? Disaat sekarang ini, disaat KPK sedang menjalankan tugas besarnya? Dan melibatkan pihak kepolisian sebagai tersangka? Let 'time' give us the answer.

KPK vs Komisi III DPR: Jilid 2
Sekuel KPK vs Komisi III DPR terus berlanjut, masih sebagai pemeran utamanya KPK dan Komisi III DPR RI. Kali ini sedikit berbeda, masalahnya bukan tentang pembangunan gedung baru lagi, melainkan wacana revisi UU KPK. Lalu, apa masalahnya? Begini, kita semua tahu bahwa KPK adalah badan penegak hukum yang paling dicintai rakyat, bukan karena mereka suka menebar janji-janji tapi karena hasil kerja mereka yang membuat rakyat jatuh cinta pada KPK.

Namun, rencana revisi UU KPK oleh Komisi III DPR RI ini dianggap akan melemahkan kedudukan KPK jika benar-benar disahkan. KPK bagai macan tanpa taring dan cakarnya bila saja rencana revisi UU KPK ini terealisasikan. Namun, upaya pengkerdilan KPK ini kembali menarik perhatian rakyat, terbukti banyak kalangan dari anak TK hingga orang tua dan dari kalangan akademisi hingga kalangan penjual nasi memprotes langkah Komisi III DPR RI ini.

Lalu pertanyaannya, mengapa Komisi III DPR RI masih kekeuh dengan pendiriannya, sementara rakyat harus memperjuangkan sendiri apa yang menurut mereka benar? Lalu, kepada rakyat manakah DPR bekerja? Jika tujuan KPK adalah baik, untuk memberantas korupsi, lantas mengapa Komisi III berupaya mengkerdilkan KPK?

Entahlah.

Yang jelas, DPR yang selama ini anggotanya terkenal sering terjerat kasus korupsi (Nazaruddin, Angelina Sondakh, dll. semua diungkap oleh KPK) memiliki 'Kartu AS', yaitu rencana pengkerdilan ini.

Memang, kita tidak bisa menyamaratakan semua anggota DPR, baik di daerah maupun pusat. Tapi, setelah apa yang kita lihat selama ini? Saya yakin masyarakat kita sudah melek hukum, tidak dapat dibodoh-bodohi lagi. Jadi saya serahkan penilaian kepada para pembaca setia blog ini. Kelanjutan ceritanya? Sama seperti anda, saya juga masih menunggu-nunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

To be continued...


- follow twitter saya » @canpratama
 

Rabu, 01 Juni 2011

Peristiwa Woyla: Pebajakan Pesawat Garuda



Kopassus (Google)
Assalamualaikum Wr. Wb, sudah lama gak nulis artikel di blog ini. Banyak hal yang harus dikerjakan, terutama bagi mahasiswa seperti Saya. Oke, kali ini Saya akan menceritakan sedikit cerita tentang kesuksesan Kopassus dalam memberantas teroris. Eksistensi Kopassus memang sudah terbukti dan mendapat pengakuan internasional berkat tragedi ini.

Mungkin sudah banyak blog yang memposting tentang Tragedi Woyla, di beberapa blog atau web banyak artikel tentang Tragedi Woyla terlihat begitu sama (baca: COPAS), namun kali ini berbeda. Saya menyusun berdasar kronologis dan tidak begitu panjang.
Dimulai awal keberangkatan pesawat Garuda Indonesia...


Tragedi Woyla
Garuda Indonesia Penerbangan 206 atau juga dikenal dengan sebutan Peristiwa Woyla adalah sebuah penerbangan maskapai Garuda Indonesia dari pelabuhan udara sipil Talangbetutu, Palembang ke Bandara Polonia, Medan yang mengalami insiden pembajakan pesawat pada 28 Maret 1981 oleh lima orang teroris yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein, dan mengidentifikasi diri sebagai anggota kelompok Islam ekstremis "Komando Jihad". Penerbangan dengan pesawat DC-9 Woyla tersebut berangkat dari Jakarta pada pukul 08.00 pagi, transit di Palembang, dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan sampai pada pukul 10.55. Dalam penerbangan, pesawat tersebut tiba-tiba dibajak oleh lima orang teroris Komando Jihad yang menyamar sebagai penumpang.


Pembajakan
28 Maret 1981
Pesawat Garuda DC-9 “Woyla” bernomor penerbangan 206 tujuan Jakarta-Medan dengan Captain Pilot Herman Rante dan Co-Pilot Hendy Juwantoro lepas landas dari Bandara Internasional Kemayoran, Jakarta menuju Bandara Polonia, Medan. Saat itu belum ada penerbangan langsung Jakarta-Medan, sehingga pesawat harus transit (stop over) di Palembang. Setelah pesawat take off dari Bandara Talang Betutu Palembang dan sedang berada di atas Pekan Baru, mendadak 5 orang menyerbu kokpit, menyandera pilot dan seluruh awak pesawat. Pembajak seluruhnya orang Indonesia bersenjatakan granat, senjata api, dan dinamit memberikan tuntutan kepada pemerintah Indonesia. Berita pertama pembajakan tersebut mulai diketahui pada pukul 10.18, saat Kapten Pilot A. Sapari dengan pesawat F28 Garuda yang baru tinggal landas dari Bandara Simpang Tiga, Pekan Baru mendengar panggilan radio dari Garuda Indonesia 206 (Woyla) yang berbunyi “..being hijacked, being hijacked”. Berita tersebut langsung diteruskan ke Jakarta.

Pembajak memaksa pilot untuk menerbangkan pesawat ke luar negeri, pokoknya sejauh mungkin meninggalkan Indonesia. Permintaan ini jelas tidak bisa dipenuhi pilot, karena sebagai pesawat penerbangan domestik, jumlah bahan bakar yang dibawa terbatas. Pada awalnya pembajak meminta pesawat diterbangkan ke Kolombo, Sri Lanka. Tetapi akhirnya pesawat dibawa ke Pulau Penang, Malaysia untuk mengisi bahan bakar dan selanjutnya dibawa menuju Thailand. Kepada otoritas penerbangan Thailand, pembajak meminta supaya mereka boleh mendarat di Pangkalan Udara U Tapao. Tetapi karena minimnya fasilitas disana, kemudian mereka diijinkan mendarat di Bandara Don Muang, Bangkok dan ditempatkan pada jarak sekitar 2,5 km dari landasan utama.


Para teroris juga menuntut kepada pemerintah untuk membebaskan sejumlah tahanan dari Peristiwa Cicendo 11 Maret 1981, Teror Warman serta Kasus Komando Jihad serta meminta tuntutan tambahan berupa uang sebesar 1,5 juta dollar AS. Mereka juga meminta pesawat untuk pembebasan tahanan, untuk diterbangkan ke suatu tempat yang dirahasiakan. Para teroris yang seluruhnya bersenjata api itu juga mengancam jika tuntutan itu tidak dipenuhi akan meledakkan Woyla dan seluruh penumpangnya. Mereka telah menanam bom di pesawat.

Menghadapi keinginan tersebut, TNI dan Pemerintah tidak menyerah. Berita ini kemudian diterima oleh Wakil Panglima ABRI/ Panglima Komkamtib, Laksamana Sudomo. Saat itu kekuatan pasukan ABRI sedang tidak terpusat di Jakarta karena sedang diadakan Latihan Gabungan (latgab) di Ambon. Berita mengenai pembajakan ini oleh Sudomo diteruskan ke Ambon dan diterima langsung oleh Assisten I Intelejen Hankam, Letnan Jendral Leonardus Benjamin Moerdani, yang lebih dikenal dengan nama Benny Moerdani. Informasi ini oleh Benny Moerdani disampaikan langsung kepada Panglima ABRI, Jendral Andi Muhammad Yusuf, yang lebih dikenal dengan nama M.Yusuf. Jendral M.Yusuf kemudian mempercayakan kepada Benny untuk menyelesaikan masalah ini bersama Kepala BAKIN, Jendral Yoga Soegama. Mereka kemudian diperintahakan untuk kembali ke Jakarta dan menghadap Presiden Soeharto untuk membicarakan tidakan selanjutnya. Yoga mendapat tugas untuk segera terbang ke Thailand, menjemput sandera sambil “bernegosiasi” dengan para pembajak, dengan tujuan mengulur-ulur waktu. Sementara Benny bertugas menyiapkan pasukan dan menyusun rencana operasi penumpasan pembajak.
Melalui berbagai upaya diplomasi dengan pembajak juga Pemerintah Thailand, Kabakin dan Letjen L. Benny Moerdani berhasil mengulur waktu dan mendapat ijin dari Pemerintah Thailand.



-Pesawat Garuda DC-9 'Woyla'-




Penyergapan dan Pembebasan
Pada tanggal 31 Maret, 30 Prajurit Kopassandha TNI AD (Korp pasukan sandhi Yudha) yang kini bernama Kopassus di bawah Komandan Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan mendekati Woyla secara diam-diam. Namun beberapa saat sebelumnya Pemimpin CIA di Thailand menawarkan pinjaman jaket Anti-Peluru, namun ditolak karena pasukan Kopassandha Indonesia telah membawa perlengkapan mereka sendiri dari Jakarta.

Pukul 02.30 semua tim akan masuk ketika kode diberikan. Pada pukul 02.43, Tim Thailand ikut bergerak ke landasan, menunggu di landasan agar tidak ada teroris yang lolos. Ketika penyerbuan pada Selasa dini hari pukul 02.45 WIB seluruh pintu pesawat Woyla didobrak 30 prajurit Kopassandha, ternyata tak semuanya sesuai dengan skenario yang direncanakan. Saat menyerbu kokpit, pembajak menembak pilot Herman Rante hingga terluka parah pada bagian kepala. Ketika pasukan menyerbu pintu belakang, terdapat waktu sela supaya pintu dapat terbuka sepenuhnya, karena mekanismenya buka-tutup pintu dilakukan secara elektris. Setelah pintu terbuka, pasukan masuk. Karena sebelumnya terdapat waktu sela saat pintu membuka, pembajak yang ada di dekat pintu sudah bersiap menembakkan senjatanya.

Seorang prajurit bernama Achmad Kirang yang menerobos masuk terkena tembakan pembajak.Peluru menembus bagian badan Kirang yang saat itu tidak terlindung rompi anti peluru (flack jacket). Achmad Kirang terluka, tetapi pasukan yang bersamanya langsung menembakkan senjata yang merobohkan si pembajak. Pembajak juga sempat melemparkan granat ke arah pasukan. Tetapi karena kurang terlatih, granat tidak meletus karena cara mencabut pen yang tidak benar.

Seorang pembajak mencoba membaur dengan penumpang lain menuruni tangga pesawat. Tetapi penumpang lain menunjuk-nunjuk ke arahnya dan memberitahu bahwa ia adalah salah seorang pembajak. Melihat gelagat ini, pembajak tersebut berlari menjauh daari penumpang. Melihat gelagat mencurigakan ini tanpa ampun pasukan menghajarnya dengan berondongansenapan serbu M16. Ia terjatuh dan tewas seketika.

Saat pembersihan dilakuakan, Benny menyusup masuk ke dalam kokpit. Ia mengambil alih radio di pesawat. Kepada Yoga yang masih sabar berjaga, terjadi percakapan antara Benny dan Yoga.
“This is two zero six, could I speak to Yoga please?”
“Yes, Yoga is here…”
“Pak Yoga, Benny ini..”
“Diancuk, neng ngendi kowe???” (Sialan, dimana kamu??)

Akhirnya semua sandera diselamatkan dan seluruh pembajak dapat diringkus.



Pasca Penyelamatan

Pilot Herman Ranted an Achmad Kirang meninggal dunia di RS. King Bumibhol, Bangkok. Mereka kemudian dimakamkan di TMP Kalibata Jakarta dengan upacara kebesaraan.
Sementara para terrorist dan Imran bin Muhammad Zein selaku otak peristiwa pembajakan pesawat DC-9 ini kemudian dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tahun 1981. Imran merupakan salah seorang yang terlibat dalam Peristiwa Cicendo bersama Maman Kusmayadi, Salman Hafidz, serta 11 orang lainnya. Maman dan Salman bernasib sama dengan Imran dan dieksekusi dalam hukuman mati.



Mengharumkan Nama Bangsa
Peristiwa ini berhasil mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional, secara khusus Kopasandha (sekarang Kopassus). Para pasukan tersebut oleh presiden akhirnya mendapat kenaikan pangkat satu tingkat dan anugerah Bintang Sakti. Khusus untuk almarhum Achmad Kirang, ia mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa 2 tingkat. Bintang Sakti merupakan penghargaan tertinggi bagi seorang prajurit. Tidak semua prajurit bisa mendapatkan anugerah ini. Bintang Sakti hanya diberikan kepada prajurit dengan dedikasi yang tinggi yang melakukan pekerjaan melebihi panggilan tugas. Dari sini kemudian terbentuk tim anti teror di Kopasandha yang sampai sekarang dikenal dengan nama Satuan 81 (Sat-81). Angka 81 diambil dari tahun terjadinya pembajakan, 1981.



Dari tulisan di atas, kita dapat mengetahui betapa perkasanya Kopassus sehingga dapat melumpuhkan teroris walau beberapa orang menjadi korban. Padahal saat itu Kopassus belum berpengalaman menghadapi pembajakan pesawat oleh teroris, dan semoga ini menjadi pelucut semangat para aparat keamanan di negara ini agar menjalankan tugas dengan sepenuh hati, tanpa mengharap imbalan dan tidak takut mati demi melindungi dan mengayomi sesama.


-Chandra-


Rabu, 02 Februari 2011

Anak Ismail Marzuki Hidup Susah.


Assalamualaikum pembaca! Saya kembali lagi nih, kali ini mau membahas tentang anak almarhum seorang pahlawan bangsa, pak Ismail Marzuki.
Rachmi Aziah (61), anak tunggal Ismail Marzuki sang pahlawan dan komposer lagu nasional seperti "Halo Halo Bandung".

Rabu, 20 Oktober 2010

(request)Kontroversi dan Pembangunan Soeharto

Hai kawan2,nah pada kesempatan kali ini saya akan menuliskan beberapa hal tentang Soeharto,mantan presiden RI ke-2. Apa saja yang sudah diperbuatnya untuk bangsa? Bagaimana kisahnya menjadi Presiden RI ke-2? Dan apa saja kontroversinya di Indonesia? Baik Pro-Kontra dalam dan luar negeri tentang beliau? Semua akan kita bahas disini..
Sebenernya postingan ini adalah pesanan temen sekampus ane. Kayaknya dia seneng banget ama Soeharto dan pengen tahu lebih tentang Bapak Pembangunan ini. Yaa,akan gue bahas disini Nin. ;)
Owke,langsung aja ya..