Piramida, pasti itu hal yang paling pertama kita ingat ketika mendengar nama negara Mesir. Ya, Mesir memang terkenal dengan Spinx dan piramida giza-nya, dan tak lupa rajanya yang kejam, Firaun. Firaun adalah sebutan bagi raja yang memimpin pada zaman Mesir kuno, yang dikenal dengan kekejamannya dan menganggap dirinya tuhan. Menurut Wikipedia, periode awal berkuasanya Firaun dimulai sekitar 3150 SM (sebelum masehi). Itu dulu, jauh, jauh sebelum negara kita merdeka, bahkan jauh sebelum nabi Isa AS diutus oleh Allah SWT.
Tapi bukan itu yang akan kita bahas kali ini, bukan soal Firaun atau zaman Mesir kuno. Kita akan bahas tentang Mesir modern, tentang Mesir yang baru belajar Demokrasi. Nah.. Demokrasi? Hmh, langsung saja.
Pada 3 Juli 2013 militer Mesir menurunkan secara paksa atau biasa disebut kudeta terhadap presiden Mesir yang sah saat itu, Mohammad Morsi dari kekuasaannya. Alasannya simpel, mereka sedang 'mengoreksi' kepemimpinan presiden Morsi.
Kudeta di Mesir mengakibatkan kekacauan di negeri Firaun tersebut. (foto: reuters) |
Mohammad Morsi adalah presiden pertama Mesir yang dipilih secara demokratis, paham yang selama ini dikampanyekan oleh pihak barat sebagai 'sistem terbaik' untuk memilih pemimpin. Sebagai tambahan, Mohammad Morsi juga merupakan presiden Mesir pertama yang bukan berasal dari kalangan militer. Nah, mulai dapet feel-nya? Hehe
Masih cinta kudeta, Mesir?
Kepemimpinan di Mesir memang sering diwarnai dengan kudeta dan kekerasan, tercatat presiden ke-3 Mesir Anwar Sadat tewas terbunuh dalams ebuah parade militer oleh kelompok radikal pada 6 Oktober 1961. Anwar Sadat kemudian digantikan oleh Hosni Mubarak yang saat itu menduduki jabatan Wakil Presiden, namun sialnya pemimpin Mesir lagi-lagi dipaksa turun dari jabatannya, kali ini oleh rakyatnya sendiri (walaupun tidak terjadi kudeta). Hosni Mubarak mengundurkan diri dari jabatan presiden Mesir pada 11 Februari 2011.
Mesir memang tak pernah jauh dari kata 'Kudeta'. Jauh kembali pada 23 Juli 1952, kala itu Mesir masih berbentuk kerajaan atau pemerintahan monarki. Raja Mesir saat itu, Farouk I digulingkan dari kekuasaannya (kudeta) oleh militer yang dipimpin oleh Kolonel Gamal Abdul Nasir, karena dianggap tidak layak menjadi Raja. Hidup berlimpah harta, Raja Farouk I mungkin tergolong raja yang serakah dan tidak pernah puas akan hartanya. Ia sering plesiran ke Eropa pada masa sulit saat PD II. Masih menurut Wikipedia, beliau disebut sering mencuri saat kunjungan kenegaraan, pedang istiadat Shah Iran dan jam kantong berharga milik Winston Churchill termasuk diantaranya. Sampai-sampai ia dijuluki 'Pencuri dari Mesir'.
Mungkin hal itulah yang membuat Raja Farouk I dibenci oleh rakyatnya. Adalah Muhammad Najib, militer yang berpangkat Mayor Jendral yang kemudian menggantikan tugas Raja Farouk I sebagai pemimpin negara dan menjadi presiden Mesir pertama sekaligus mendeklerasikan pembentukan negara Republik Mesir 18 Juni 1953.
Pengumuman langkah militer oleh Jendral Abdel Fatah al-Sisi. (foto: bbc.co.uk/indonesia) |
Cerita masih berlanjut, dan Mesir masih tak bisa jauh dari kata 'Kudeta'. Kali ini presiden pertama Mesir, Muhammad Najib ditangkap dan ditahan oleh rekan sesama militernya yang menggulingkan Raja Farouk I, Gamal Abdul Nasir. Pada 25 Februari 1954 Gamal Abdul Nasir menjadi Kepala Negara Mesir, dua tahun kemudian ia menjadi calon tunggal dan otomatis menjadi presiden Mesir saat itu.
Mungkin hanya Anwar Sadat yang mengambil alih kepemimpinan Republik Mesir tanpa harus mengkudeta pendahulunya. Yaitu pada 28 September 1970, hari dimana presiden Gamal Abdul Nasir meninggal dunia karena penyakit jantungnya, dua minggu setelah memimpin peperangan Mesir dan Israel pada 1967-1970. Perang tersebut dikenal sebagai War of Attrition.
Peran Militer
Sejarah Mesir tak akan pernah lepas dari pihak militer yang sejak dari awal pembentukan negara tersebut memang berperan besar, baik peran positif maupun negatif, kita setuju untuk tidak menyangkal hal itu. Namun yang masih menganggu dipikiran saya adalah tindakan militer dibawah pimpinan Jenderal Abdel Fattah al-Sisi dan reaksi negara-negara barat dan sekutu mereka di arab.
Bukankah Mohammad Morsi dipilih secara demokratis, hal yang selama ini selalu digaungkan oleh pihak barat dan sekutunya? Lalu, mengapa mereka mendukung tindakan kudeta terhadap Mohammad Morsi yang didiangkat sebagai kepala negara dalam hal ini Presiden secara sah berdasarkan undang-undang dan dipilih mayoritas warga Mesir?
Maka wajar saja, menurut saya, terjadi banyak demonstrasi di negara tersebut. Toh presiden Morsi dipilih oleh sebagian besar rakyatnya, lalu mengapa militer melakukan kudeta? Entahlah.
Mungkin karena saya bukan orang Mesir, makanya saya tidak paham apa yang sedang terjadi disana. Tapi yang pasti, tindakan militer yang menembaki pada demonstran yang sedang berdemo adalah menyalahi aturan dan melanggar HAM, bahkan militer menembaki demonstran yang sedang melakukan sholat subuh berjamaah. Militer juga diketahui membunuh seorang fotografer surat kabar Al-Horia Wa Al-Adala, Ahmed Samir Assem (26) diluar markas pasukan elite Garda Republik, Senin (8/7). Daily Telegraph dalam situsnya menayangkan video hasil rekaman Assem pada saat dirinya ditembak oleh sniper dari pasukan militer Mesir. Dalam rekaman terakhir Assem tersebut, bahkan terlihat saat-saat sang sniper membidikkan moncong senjata ke arah Assen dan BANG! Setelah itu, video terputus.
Militer atau Firaun? (gambar: @blog_deteksi) |
Sungguh diluar akal sehat, militer menembaki rakyat? Membunuh seorang fotografer? Bahkan menembaki jamaah yang sedang sholat? Ternyata darah Firaun masih mengalir didalam tubuh sebagian orang Mesir, atau lebih tepatnya didalam tubuh orang-orang yang merasa berkuasa.
"Jutaan pengunjuk rasa yang turun ke jalan, tidak lah sama dengan sebuah pemilu. Protes adalah bentuk manifestasi kekuatan dan menunjukkan jiwa demokrasi yang bebas." - Tony Blair
Anehnya, pihak barat yang paling vokal menyarakan demokrasi dan HAM memilih mendukung militer yang jelas-jelas melanggar batasan demokrasi dan HAM. Crazy, uh?
Doa untuk Mesir
Sebagai seorang penulis hanya tulisan ini yang dapat saya berikan bagi rakyat Mesir. Dan sebagai orang yang hidup merdeka dan hidup aman seperti di Indonesia, sudah seharusnya kita mendoakan saudara-saudara kita yang menghadapi pergolakan dinegerinya, tidak hanya Mesir, tapi juga Palestina, Suriah, dan Rohingya.
Semoga masalah yang membuat negeri mereka berantakan dapat terselesaikan secepatnya dan tidak terjadi di negeri kita tercinta Indonesia.
Berhubung sudah masuk waktu sahur, berarti sampai disini dulu perjumpaan kita setelah sekian lama saya tak update artikel karena berbagai kesibukan di dunia yang fana ini. Hehe
Semoga secepatnya saya update lagi artikel di blog ini. Teruslah menulis, terima kasih.
Wassalamualaikum.
Sekarang blog deteksi punya akun twitter!
Jangan lupa follow akun twitter blog deteksi di: @blog_deteksi