Rabu, 06 Oktober 2010

RI dan Republik Maluku Selatan

Udah lama gak posting ya? Kangen juga sama temen2 yg setia baca iDetected. Maaf,saya akhir-akhir ini saya sibuk dengan PAMB dan kuliah. Terimakasih karena sering buka blog saya. :)



OKE,kali ini saya akan membahas tentang Indonesia dan RMS(Republik Maluku Selatan).
Baru-baru ini(5/10/10) kan presidan SBY batal berkunjung ke Belanda,padahal kedatangan SBY ke Belanda dalam rangka pemberian pengakuan kemerdekaan Indonesia atas Belanda yang sudah menjajah Indonesia selama 350 tahun lebih,mengapa batal? Padahal bagus donk. Ada apa sebenarnya?
Kabarnya ada Tuntutan penangkapan presiden Indonesia yang dilaporkan oleh RMS ke Mahkamah Internansional di Den Haag. Tuntutan itu disampaikan melalui kort geding (prosedur dipercepat-ICAN-) ke pengadilan, demikian Presiden RMS John Wattilete yang juga seorang advokat.
Loh kok negara kecil yang hampir merdeka itu bisa mnghadang jalan SBY? Nah itu yang akan kita bahas kali ini.


Sejarah RMS

-bendera RMS-

Menurut Wikipedia,Pada 25 April 1950 RMS hampir/nyaris diproklamasikan oleh orang-orang bekas prajurit KNIL dan pro-Belanda yang di antaranya adalah Dr. Chr.R.S. Soumokil bekas jaksa agung Negara Indonesia Timur yang kemudian ditunjuk sebagai Presiden, Ir. J.A. Manusama dan J.H. Manuhutu.
Pemerintah Pusat yang mencoba menyelesaikan secara damai, mengirim tim yang diketuai Dr. J.Leimena sebagai misi perdamaian ke Ambon. Tapi kemudian, misi yang terdiri dari para politikus, pendeta, dokter dan wartawan, gagal dan pemerintah pusat memutuskan untuk menumpas RMS, lewat kekuatan senjata. Dibentuklah pasukan di bawah pimpinan Kolonel A.E. Kaliwarang.
Pada 14 Juli 1950 Pasukan ekspedisi APRIS/TNI mulai menumpas pos-pos penting RMS. Sementara, RMS yang memusatkan kekuatannya di Pulau Seram dan Ambon, juga menguasai perairan laut Maluku Tengah, memblokade dan menghancurkan kapal-kapal pemerintah.

Pemberontakan ini berhasil digagalkan secara tuntas pada bulan November 1950, sementara para pemimpin RMS mengasingkan diri ke Belanda. Pada 1951 sekitar 4.000 orang Maluku Selatan, tentara KNIL beserta keluarganya (jumlah keseluruhannya sekitar 12.500 orang), mengungsi ke Belanda, yang saat itu diyakini hanya untuk sementara saja.

RMS di Belanda lalu menjadi pemerintahan di pengasingan. Pada 29 Juni 2007 beberapa pemuda Maluku mengibarkan bendera RMS di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhono pada hari keluarga nasional di Ambon. Pada 24 April 2008 John Watilette perdana menteri pemerintahan RMS di pengasingan Belanda berpendapat bahwa mendirikan republik merupakan sebuah mimpi di siang hari bolong dalam peringatan 58 tahun proklamasi kemerdekaan RMS yang dimuat pada harian Algemeen Dagblad yang menurunkan tulisan tentang antipati terhadap Jakarta menguat. Tujuan politik RMS sudah berlalu seiring dengan melemahnya keingingan memperjuangkan RMS ditambah tidak adanya donatur yang bersedia menyisihkan dananya, kini hubungan dengan Maluku hanya menyangkut soal sosial ekonomi. Perdana menteri RMS (bermimpi) tidak menutup kemungkinan Maluku akan menjadi daerah otonomi seperti Aceh Kendati tetap menekankan tujuan utama adalah meraih kemerdekaan penuh.



RMS dipengasingan di Belanda
Oleh karena kemerdekaan RMS yang di Proklamirkan oleh sebagian besar rakyat Maluku, pada tanggal 24 April 1950 di kota Ambon, ditentang oleh Pemerintah RI dibawah pimpinan Sukarno - Hatta, maka Pemerintah RI meng-ultimatum semua para aktifis RMS yang memproklamirkan berdirinya Republik Maluku Selatan untuk menyerahkan diri kepadda pemerintah RI, sehingga semua aktifis RMS itu ditangkapi oleh Pasukan2 Militer yang dikirim dari Pulau Jawa.

Karena adanya penangkapan yang dilakukan oleh militer Pemerintah RI, maka para pimpinan teras RMS tersebut, ber-inisiatif untuk menghindar sementara ke Negeri Belanda, kepindahan para pimpinan RMS ini mendapat bantuan sepenuhnya dari Pemerintah Belanda pada saat itu. Dengan adanya kesediaan bantuan dari Pemerintah Belanda untuk mengangkut sebagian besar rakyat Maluku dengan biaya sepenuhnya dari Pemerintah Belanda, maka sebagian besar rakyat di Maluku yang beragama kristen, memilih dengan kehendaknya sendiri untuk pindah ke Negeri Belanda. Pada waktu itu, Ada lebih dari 15.000 rakyat Maluku yang memilih pindah ke negeri Belanda.

Pindahnya sebagian rakyat maluku ini, oleh Pemerintahan Sukarno-Hatta, diissukan sebagai "PENGUNGSIAN PARA PENDUKUNG RMS", lalu dengan dalih pemberontakan, pemerintah RI menangkapi para Menteri RMS dan para aktifisnya, lalu mereka dipanjarakan dan diadili oleh pengadilan militer RI, dengan hukuman berat bahkan dieksekusi Mati.

Di Belanda, Pemerintah RMS tetap menjalankan semua kebijakan Pemerintahan, seperti Sosial, Politik, Keamanan dan Luar Negeri. Komunikasi antara Pemerintah RMS di Belanda dengan para Menteri dan para Birokrat di Ambon berjalan lancar terkendali. Keadaan ini membuat pemerintahan Sukarno tkdak bisa berpangku tangan menyaksikan semua aktivitas rakyat Maluku, sehingga dikeluarkanlah perintah untuk menangkap seluruh pimpinan dengan semua jajarannya, sehingga pada akhirnya dinyatakanlah bahwa Pemerintah RMS yang berada di Belanda sebagai Pemerintah RMS dalam pengasingan Dengan bekal dokumentasi dan bukti perjuangan RMS, para pendukung RMS membentuk apa yang disebut Pemerintahan RMS di pengasingan.

Pemerintah Belanda mendukung kemerdekaan RMS, Namun di tahun 1978 terjadi peristiwa Wassenaar, dimana beberapa elemen pemerintahan RMS melakukan serangan kepada Pemerintah Belanda sebagai protes terhadap kebijakan Pemerintah Belanda. Oleh Press di Belanda dikatakanlah peristiwa itu sebagai teror yang dilakukan para aktifis RMS di Belanda. Ada yang mengatakan serangan ini disebabkan karena pemerintah Belanda menarik dukungan mereka terhadap RMS. Ada lagi yang menyatakan serangan teror ini dilakukan karena pendukung RMS frustasi, karena Belanda tidak dengan sepenuh hati memberikan dukungan sejak mula. Di antara kegiatan yang di lansir Press Belanda sabagai teror, adalah ketika di tahun 1978 kelompok RMS menyandera 70 warga sipil di gedung pemerintah Belanda di Assen-Wassenaar.

Selama tahun 70an, teror seperti ini dilakukan juga oleh beberapa kelompok sempalan RMS, seperti kelompok Komando Bunuh Diri Maluku Selatan yang dipercaya merupakan nama lain (atau setidaknya sekutu dekat) Pemuda Maluku Selatan Merdeka. Kelompok ini merebut sebuah kereta api dan menyandera 38 penumpangnya di tahun 1975. Ada juga kelompok sempalan yang tidak dikenal yang pada tahun 1977 menyandera 100 orang di sebuah sekolah dan di saat yang sama juga menyandera 50 orang di sebuah kereta api. Sejak tahun 80an hingga sekarang aktivitas teror seperti itu tidak pernah dilakukan lagi.

Blacklist RMS
  • Di tahun 1978 terjadi peristiwa Wassenaar. Di mana RMS melakukan serangan kepada Pemerintah Belanda sebagai protes terhadap kebijakan Pemerintah Belanda.
  • Media di Belanda mengatakan aksi ini sebagai teror yang dilakukan aktivis RMS. Namun ada juga yang mengatakan serangan ini disebabkan karena pemerintah Belanda menarik dukungan terhadap RMS. Tidak hanya itu saja sebagian juga mengatakan aksi ini juga dinyatakan karena pendukung RMS frustasi lantaran Belanda tidak sepenuh hati memberikan dukungan sejak semula.
  • Pada tahun 1978 kelompok RMS juga menyandera 70 warga sipil di gedung Pemerintahan Belanda di Assen-Wassenar. Teror seperti ini dilakukan juga oleh beberapa kelompok sempalan RMS, seperti kelompok Bunuh Diri Maluku Selatan. Kelompok ini pernah merebut kereta api dan menyandera 38 penumpangnya di tahun 1975.
  • Sementara itu pada tahun 2002 pada peringatan proklamasi RMS ke-51, diadakan pengibaran bendera RMS di Maluku. Akibatnya 23 orang ditangkap aparat keamanan. Setelah penangkapan aktivis itu, mereka memperadilankan Gubernur Maluku dan Kepala Kejaksaan Tinggi setempat karena melakukan penangkapan dan penahanan 15 orang tersangka pelaku pengibaran bendera RMS yang digerebek di beberapa lokasi di Pulau Saparau, Maluku Tengah karena dianggap tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.
  • Aksi pengibaran terus dilakukan. Kali ini ratusan pendukung RMS memancangkan bendera RMS pada tahun 2004 di Kudamati. Hal ini membuat sejumlah aktivis RMS ditangkap dan terjadi konflik dengan kelompok negara Kesatuan Republik Indonesia.
  • Belum cukup dengan aksi itu, RMS kembali menunjukkan keberadaannya. Tidak tanggung-tanggung, gerakan separatis ini bahkan meminta pengadilan Negeri di Den Haag untuk menuntut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan menangkapnya atas kasus Hak Asasi Manusia yang dilakukan terhadap 93 aktivis RMS.
dan yang paling parah adalah saat kunjungan SBY ke Maluku pada Oktober 2007,saat itu SBY sedang mengadiri hari Keluarga Nasional di Ambon-Maluku namun pada saat giliran penari Cakalele masuk kedalam lapangan mereka membentangkan bendera RMS didepan presiden SBY.

-pengibaran bendera RMS didepan SBY-


Lembaran Hitam RMS
Pada tahun 1950, Dr. Chris Soumukil memproklamirkan berdirinya Republik Maluku Selatan (RMS). RMS kemudian menjadi momok separatis Indonesia. Kemunculannya sebenarnya berkaitan dengan orang-orang pro Belanda yang merasa terancam kedudukan jika Indonesia benar-benar merdeka. Dasar perjuangan yang tidak mengakar menyebabkan republik tersebut tidak bertahan lama dan harus berjuang dari hutan.

Berdirinya RMS tidak lepas dari kondisi politik Negara Indonesia Timur (NIT). Awalnya Presiden NIT, Sukawati, menolak kedatangan TNI dan lebih mempercayai KNIL dalam menjaga keamanan NIT Soumokil yang pada waktu itu menjabat sebagai Jaksa Agung NIT mengerahkan polisi menentang kehadiran TNI di Makasar.

Dalam situasi tersebut Soumukil membujuk Kapten Andi Aziz, perwira KNIL yang kemudian bergabung dalam APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat), untuk bergabung dalam pemberontakan. Kapten Andi Aziz yang melihat banyak tentara Ambon yang berkumpul di rumah Soumukil memutuskan untuk melaksankan sendiri kudeta tersebut. Maka pada tanggal 5 April 1950, Andi Aziz menangkap Letkol. TNI A.J. Mokoginta tapi kemudian dibebaskan keesokannya. Akibat perbuatan Andi Aziz, dia mendapat ultimatum dari untuk menyerah sebelum tanggal 11 April pukul 14.00 dan datang melapor ke Jakarta. Namun Andi Aziz terlambat untuk melapor. Tanggal 13 April, Presiden menyatakan Andi Aziz sebagai pemberontak, tanggal 14 April Andi Aziz langsung berangkat ke Jakarta. Di sana dia langsung ditangkap dan dijatuhkan hukuman seumur hidup. Namun kemudian mendapat potongan.

Sebelum berangkat ke Jakarta, Andi Aziz sempat berkunjung ke rumah Soumukil. Disana Soumukil berkata “Jika oze mati, beta akan terus berjuang sampai titik darah penghabisan”. Setelah itu Soumukil berangkat ke Ambon dan memproklamirkan RMS pada tanggal 23 April. Tidak perlu menunggu waktu lama, Kolonel Alex Kawilarang, komandan APRIS, berhasil menguasai kota Ambon pada 6 November danmendesak Soumukil ke Pulau Seram.. pada tanggal 2 November 1963, Soumukil ditangkap dan dihukum mati pada 22 April 1966.

Laporan Manusama
Mungkin ada yang bertanya apa yang terjadi dengan RMS dan kota Ambon selama dikuasai RMS. Jawaban ini bisa ditemukan pada buku “Istori-Istori Maluku” yang ditulis oleh Tessel Pollmann dan Jean Seleky. Dalam buku tersebut memuat laporan Ir. Manusama. Mengenai Ambon dan RMS. Laporan tersebut dibuat pada September 1952 di Holandia(sekarang Jayapura-ICAN-) sebelum pergi ke negeri Belanda.

Laporan tersebut menceritakan kondisi Ambon pada awal 1950. Pada waktu itu terdapat dua kelompok tentara di Ambon yakni Baretten (Pasukan Baret Hijau) pimpinan Kapten Westerling di Benteng Victoria dan tentara KNIL biasa di Fort Benteng. Kedua tentara ini tidak pernah akur bahkan sering ribu.

KNIL dan Baretten berada dalam kondisi menyedihkan karena disiplin sudah lenyap. Angkatan Perang (AP) RMS yang terdiri dari kelompok ini sungguh sangat menyusahkan RMS. Bahkan RMS sendiri tidak dianggap oleh mereka terutama oleh panglimanya, Samson. Dan Baretten sendiri tidak menghormati pimpinan tentara kecuali komandan mereka sendiri yakni Sersan Nussi dan Kopral Corpatty.

Pada 2 Juni 1950 pasukan TNI masuk melalui sebuah pulau di Maluku Tenggara. Manusama menulis bahwa pada waktu TNI menyerang kota Ambon, tentara BAretten lari terbirit-birit seperti pengecut (laft). Sementara pasukan KNIL walaupun melawan tapi karena tidak punya disiplin bisa dipatahkan TNI. Perlawanan RMS tidak berarti sama sekali bagi TNI.

Dalam situasi tersebut masih terjadi saling tembak diantara RMS sendiri. Kepala staf RMS, Pattiwael, ditembak mati oleh tentara RMS sendiri. Mereka menuduh Pattiwael memberikan perintah yang salah kepada tentara dan hukumannya adalah ditembak mati, disaksikan oleh Manusama.

Siapakah Manusama?
Ir. Manusama merupakan guru matematika pada Sekolah Menengah Teknik (SMT) Jakarta pada zaman Jepang. Sejak 1947 dia menjadi direktur SMA Ambon. Kemetrian Dalam Negeri NIT di Makasar memutuskan mengganti kepala daerah Maluku Selatan, Manuhutu, dengan Manusama.

Namun pergantian tidak jadi dilaksanakan karena pecah pemberontakan militer KNIL dibawah Andi Aziz dan Soumukil. Setelah pemberontakan padam, Soumuki lari ke Ambon. Bersama dengan militer KNIL dan Manusuma, mereka memproklamirkan RMS.

RMS sendiri tidak pernah disetujui oleh kepala Daerah, Manuhutu, dan wakil ketua Dewan Maluku Selatan, Wairisal. Para kepala dinas di Zaid-Molukenraad juga tidak setuju dengan RMS.

Akhirnya kongres kilat diadakan. Pemerintah RMS dibentuk dengan seorang Presiden dan 12 kepala departemen (menteri). Manusama sendiri diangkat sebagai Menteri Pertahanan di pemerintahan orang yang mempunyai pengaruh paing besar adalah Soumukil dan A. Nanloy. Hubungan keduanya gy tidak akur menyebabkan Nanlohy dipecat dan diasingkan ke Irian Barat.

Sebagai Menteri Pertahanan, Manusama tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap KNIL. Setelah RMS ditaklukkan TNI. Manusama bersama istri meninggalkan Seram pada 17 Juni 1952, pergi ke Irian Barat. Kemudian hijrah ke Belanda dan menjadi presiden RMS.

(Referensi: Rosihan Anwar, 2009, Petite Histoir)


Lalu mengapa negara yang bahkan tak diakui Belanda itu bisa membuat negeri besar dan kaya alam ini 'geger'? Ada yang mengatakan bahwa SBY terlalu Lebay dalam menanggapi sesuatu,ini juga mengingatkan kita pada pernyataan SBY di istana beberapa waktu lalu yang menyatakan bahwa foto dirinya dijadikan sasaran tembak oleh teroris dan jadi sasaran serangan teroris selanjutnya. Tapi apa yang terjadi? Jelas ini bukanlah suatu tindakan seorang presiden yang baik,bahkan seorang presiden tak ingin membuat rakyatnya heboh bukan?
Ada pula yang mengatakan ini demi martabat bangsa,menghindari pelecehan presiden dan lain-lain,entah lah. Yang pasti gerakan separatis ini sudah eksis setidaknya lebih dari 50tahun dan sampai saat ini masih terus mengusik negara kaya ini.


-Chandra-
Categories:

4 komentar:

  1. weleh-weleh....,

    kok bisa ya?

    masalah RMS ini emang bikin aku heran seheran-herannya, tapi yang lebih mengherankan adalah kenapa kok masalah pengakuan kemerdekaan RI ini harus pake istilah "pemberian", sehingga kesannya seakan-akan kita merdeka bukan karena perjuangan.

    aku jadi inget guyonan guru sejarah dulu, "asline indonesia iku merdeka dudu` kerono menang perang, tapi kerono wong londo sungkan, lha pye gak sungkan, wong sa` ben kate liwat, wong Jowo mesti ngomong nuwun sewu".

    ya semoga saja guyonan tersebut tetap menjadi guyonan.

    by the way, infonya keren, jangan bosen posting...
    Maju terus lah, pokokna blog ieu meni ajib pisan lah

    BalasHapus
  2. oooo gitu ya gan sejarahnya....

    BalasHapus
  3. @Anonim: Yap, terimakasih bung.
    Saya juga prihatin, seharusnya kegara kita ini sangat berpotensi menjadi negara maju. SDA sangat memadai, hanya bagaimana cara mengelola SDM yg harus dibenahi pemimpin kita. Seharusnya kita tidak 'dijajah' seperti saat ini.

    @enimnet51: Iya gan, begitu sejarahnya. :D

    BalasHapus
  4. Wah ini emang kalo presiden tak salah pergi ajah ke Belanda..
    Atau munkin RMS benar berarti Presiden takut pergi ke Belanda
    karena ada masalah besar.

    BalasHapus

Komentar Anda adalah sebuah bentuk penghargaan bagi Saya sebagai penulis. Berkomentarlah dengan sopan, Terimakasih.
(sertakanlah Linkback ke Link ini jika ingin Copy-Paste)